BUMIAYU, jurnal-idn.com – Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM (SesKemenkopUKM) Arif Rahman Hakim mendukung seluruh Pondok Pesantren (Ponpes) di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah untuk fokus mengembangkan produk unggulan khas daerah melalui koperasi.
“Kami ingin Pondok Pesantren bisa menjadi pusat kegiatan ekonomi, sehingga mampu meningkatkan perekonomian daerah,” kata SesKemenkopUKM Arif Rahman Hakim pada acara Forum Komunikasi Publik bersama Koperasi Pondok Pesantren di Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Sabtu (26/8/2023).
Di depan para santri Ponpes dan pengurus Kopontren, Arif menjelaskan Bumiayu dikenal sebagai wilayah produsen tepung tapioka yang pemasarannya sudah merambah hingga ke pasar ekspor. Selain tepung tapioka, Bumiayu juga pernah kondang dengan produk khasnya, yaitu teh.
Namun, seiring perkembangan zaman, terjadi deindustrialisasi yang secara perlahan pabrik tepung tapioka banyak yang tutup. Begitu juga kepopuleran teh khas Bumiyu yang nyaris terus meredup. “Ini merupakan peluang bagi Koperasi Pondok Pesantren. Untuk mengangkat itu kembali, bagaimana mengolah potensi yang ada di Brebes, khususnya Bumiayu, hingga bernilai ekonomi,” ujar SesKemenkopUKM.
Arif pun mendorong Kopontren memiliki produk unggulan khas daerah. Misalnya, dari sektor pertanian. “Namun, saya berharap produk yang dihasilkan sektor pertanian sudah dalam bentuk produk olahan yang memiliki nilai ekonomi lebih,” ucap Arif.
Bahkan, dari sekian banyak Kopontren yang ada di Brebes, bisa menciptakan jejaring pemasaran bagi produk yang dihasilkan. Diilustrasikan, kebutuhan sembako Ponpes A, dipasok dari Kopontren B, kebutuhan peci dipasok dari Kopontren C dan seterusnya.
“Maka, bisa tercipta ekosistem bisnis antar sesama Ponpes, hingga jejaring ekonomi antar Kopontren. Bahkan, para santri dengan jiwa entrepreneur yang kuat, bisa memiliki kemandirian secara ekonomi,” lanjut SesKemenkopUKM.
Pemberdayaan Pondok Pesantren
Oleh karena itu, Arif mendorong peningkatan produktivitas dan pemberdayaan Pondok Pesantren melalui semangat entrepreneurship, serta memperkuat kelembagaan koperasi. “Koperasi juga harus dikelola dengan sistem tata kelola modern,” tegas SesKemenkopUKM.
Dengan memiliki ilmu manajemen modern, dia meyakini Kopontren mampu membaca peluang usaha dan memahami apa yang dibutuhkan masyarakat. “Bisa dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana, seperti kebutuhan santri akan pakaian, sandal jepit dan sebagainya. Intinya, Kopontren mampu menciptakan produk substitusi yang selama ini dipasok dari luar,” tutur SesKemenkopUKM.
Untuk mewujudkan itu semua, Arif memaparkan sejumlah Program Prioritas dari pemerintah yang bisa dimanfaatkan pelaku UMKM, termasuk koperasi. Dari akses pembiayaan (Holding Ultra Mikro) dari Mekaar PNM, Rumah Produksi Bersama (Factory Sharing), hingga Rumah Kemasan.
Menurutnya, ide pendirian Rumah Produksi Bersama dan Rumah Kemasan tersebut, tidak harus menunggu program dari KemenkopUKM. Karena, hal itu bisa dilakukan secara mandiri dan swadaya di daerah, seperti dilakukan di Mojokerto dan Bandung. “Bila itu bisa terealisasi, Kopontren bisa membangun pusat oleh-oleh khas daerah berisi produk berkualitas dengan kemasan yang bagus.”
SesKemenkopUKM pun mengingatkan, mengembangkan perekonomian daerah tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, melainkan perlu sinergi dan kolaborasi dengan banyak pihak.
Pengasuh Ponpes Al Hikmah 2 Gus Imaduddin (Gus Imad) berharap para santri bisa memanfaatkan kegiatan ini untuk membangun jiwa entrepreneur dan mampu mengelola koperasi dengan manajemen yang lebih modern. “Dengan tata kelola dan manajemen keuangan yang modern, saya berkeyakinan koperasi bisa tumbuh dengan baik dan sehat” ungkap Gus Imad.
Gus Imad tidak ingin keberadaan Kopontren-Kopontren di Brebes, khususnya Bumiayu, sekadar ada dan papan nama saja. “Harus bisa bermanfaat bagi Ponpes dan juga masyarakat,” tukas Gus Imad.
Mulia Ginting – Erwin Tambunan
“Intinya, Kopontren mampu menciptakan produk substitusi yang selama ini dipasok dari luar,” tutur SesKemenkopUKM. Foto: KemenKopUKM.
Artikel ini sudah terbit di govnews-idn.com