BUMIAYU, jurnal-idn.com – Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM (SesKemenkopUKM) Arif Rahman Hakim menekankan pentingnya koperasi pondok pesantren (Kopontren) untuk membangun jejaring bisnis antar pondok pesantren (Ponpes).
“Dalam pengembangan ekonomi umat, membangun jejaring antar ponpes itu penting. Terlebih lagi, jumlah ponpes seluruh Indonesia banyak, bisa mencapai puluhan ribu ponpes dengan jumlah mencapai 17 juta santri,” kata SesKemenkopUKM, Arif Rahman Hakim, pada Pelaksanaan Pembentukan Koperasi Bagi Kelompok Strategis, di Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Jumat (24/5/2024).
Oleh karena itu, Arif berharap daerah mampu mengolah dan mengembangkan potensi yang ada di wilayahnya masing-masing. “Kita harus mampu memenuhi kebutuhan masyarakat secara mandiri, tanpa bergantung pada daerah lain,” ujar SesKemenkopUKM.
SesKemenkopUKM mendorong kopontren dan ponpes, khususnya yang ada di Brebes, untuk berbagi peran pengembangan produk unggulan guna memenuhi kebutuhannya. Misalnya, ponpes A memiliki wilayah subur, maka didorong untuk mengembangkan sektor pertanian. Lalu, ponpes B mengembangkan sektor usaha lainnya.
“Ponpes juga harus bisa memproduksi sandal jepit. Bayangkan, ada berapa banyak kebutuhan sandal jepit bagi para santri. Setiap ponpes itu pasti memiliki keunggulan dan kemampuan masing-masing. Intinya, antar ponpes harus bisa saling mengisi aneka kebutuhan ponpes-ponpes yang ada,” lanjut Arif.
Dia mencontohkan potensi air bersih yang dimiliki Bumiayu, karena wilayahnya dikelilingi banyak pegunungan. “Kopontren dan ponpes bisa mengolah potensi air bersih tersebut untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar. Dan teknologi air minum seperti itu tidak mahal,” ungkap SesKemenkopUKM.
SesKemenkopUKM meyakini upaya itu bisa terwujud bila antar kopontren dan ponpes memiliki kesepakatan. “Di Jepang, masyarakatnya sudah bersepakat untuk memakai produk dalam negeri. Kita bisa meniru kesepakatan masyarakat seperti itu,” papar Arif.
Sementara itu, Asisten Deputi Pengembangan SDM Perkoperasian dan Jabatan Fungsional KemenkopUKM Nasrun Siagian menambahkan, pihaknya akan terus memperkuat pola kolaborasi membangun jaringan bisnis ponpes. Salah satunya, dengan Bank Indonesia (BI).
Menyiapkan Tenaga Pendamping
“Maka, pelatihan koperasi ini sebagai laboratorium bagi santri untuk berwirausaha. Kami yang akan menyiapkan tenaga pendamping untuk tata kelola dan manajemen koperasi, atau sesuai kebutuhan koperasi,” terang Nasrun.
Nasrun berharap, ponpes-ponpes yang ada mampu melahirkan sentra-sentra ekonomi baru yang mandiri. “Sudah banyak kopontren dan ponpes yang sudah mampu memenuhi kebutuhannya sendiri sesuai dengan kearifan lokal yang dimiliki,” tutur Nasrun.
Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Tegal, Marwadi, menyatakan bahwa BI memiliki komitmen dalam pengembangan ekonomi syariah, keuangan syariah dan edukasi masyarakat. “Kita fokus mewujudkan ekosistem bisnis yang mapan dan mandiri,” tukas Marwadi.
Terlebih lagi, menurut Marwadi, pondok pesantren memiliki potensi ekonomi yang sangat besar pada sektor syariah. “Untuk itu, BI sudah mendorong pembentukan Holding Ekonomi Bisnis Pesantren, yang mengembangkan produk unggulan di wilayah masing-masing. Ini menjadi percontohan bagi gerakan ekonomi umat,” ulas Marwadi.
BI juga sudah mendorong pondok pesantren mengolah potensi ekonomi ekosistem bisnis syariah. “Ponpes Al Ittifaq di Ciwidey Bandung merupakan percontohan bagi ponpes seluruh Indonesia,” Marwadi mengemukakan.
Erwin Tambunan
“Kita harus mampu memenuhi kebutuhan masyarakat secara mandiri, tanpa bergantung pada daerah lain,” ujar SesKemenkopUKM. Foto: KemenKopUKM.